Waduh! Di RS Ini Pasien Keracunan Miras Oplosan Malah Diberi Miras Asli! Ini Faktanya

loading...
Terhitung sejak Agustus hingga September 2017, ada delapan orang mati karena minuman keras.
Dari semua kejadian tersebut, rata-rata korban menenggak jenis meniuman Kuntul Alimi.

Waduh! Di RS Ini Pasien Keracunan Miras Oplosan Malah Diberi Miras Asli! Ini Faktanya

Empat orang meninggal dunia, usai menggelar pesta miras di Cafe Bengawan, Desa Bulusari, Kecamatan Kedungwaru, Senin (7/8/2017) siang hingga Selasa (8/8/2017) malam.
Secara beruntut kematian dimulai dari Azis (25), Pipi (17), disusul Supriyadi (40), dan Opi (17), sedangkan satu orang selamat adalah Anis.
Hingga kini Polsek Kedungwaru yang menangani kasus ini belum mengungkapkan, apa jenis minuman yang ditenggak para korban?
Namun kesaksian dari warga setempat, Yunus, jenis minuman di café milik Temi ini adalah Kuntul Alimi.
Yunus adalah mantan pelanggan di café ini, namun kemudian menghentikan kebiasaan buruknya.
"Dulu minumannya enak. Terus sekitar satu tahun belakangan jadi aneh, dan bikin sakit semua," ungkap Yunus, beberapa waktu lalu.
Korban meninggal karena miras berikutnya adalah Agus Setiawan (25) alias Gogon, asal Kelurahan Tertek, Kecamatan Tulungagung.
Agus Setiawan meninggal pada Minggu (3/8/2017) usai pesta miras bersama 10 orang temannya, Kamis (31/7/2017) malam.Aktivitas perawat memberi miras ke pasien 
Dari hasil olah TKP kepolisian, jenis minuman yang dikonsumsi adalah Kuntul Alimi.
Menyusul dua warga Desa Karangsari, Kecamatan Karangrejo, Imam Sholikin (32) dan Reki Aditya (25).
Yang paling akhir adalah Mardianto (39), warga Nyawangan, Kecamatan Sendang.
Ketiganya juga diduga kuat mengonsumsi miras mereka Kuntul Alimi.
Merek Bintang Kuntul sebenarnya miras yang diproduksi resmi oleh perusahaan di Surabaya.
Namun merek ini diduga dipalsukan, dan diproduksi dalam skala rumahan.
Salah satu yang mengaku pernah menjual adalah Eko Susilo, warga Tertek, Kecataman Tulungagung.
"Saya membelinya di Kediri, penjualnya namanya Didik. Didik ini yang membuat minuman tersebut," ungkap Eko.
Eko memastikan, miras tersebut dibuat di rumah bukan di sebuah pabrik yang mengantongi izin resmi.
Sebagai contoh, minuman Kuntul Alimi yang dijual masing-masing pedagang mempunyai label yang tidak sama.Aktivitas perawat memberi miras ke pasien 
Minuman yang dijual Eko mempunyai label polos berwarna merah, sedangkan miras yang diminum Agus Setiawan dan kawan-kawan mempunyai label merah, dengan tulisan Alimi.
Bahkan Eko menyebut nama seseorang, yang memroduksi minuman tersebut di rumahnya.
"Semua miras yang dijual itu palsu, wong tidak ada pabriknya. Kalau soal cukai bisa saja dipesan," ucapnya.
Seorang pemilik café yang menjual miras, Aan (inisial), mengaku mengetahui produsen besar di Tulungagung.
Salah satu bahan yang digunakan adalah krim obat nyamuk.
Namun merek yang paling banyak yang diproduksi adalah jenis vodka.
Namun ada pula produk Alimi yang dihasilkan industri rumahan ini.
Untuk vodka biasanya dijual Rp 45.000 per botol.
Padahal harga dari distributor resmi di Tulungagung sekitar Rp 76.000 per botol.
"Miras palsu ini didistribusikan di Tulungagung, Trenggalek sampai ke Ponorogo. Nah, pelaku ini juga mempunyai usaha lain untuk menutupi usaha Rayuan Sales
Hal yang sama juga diungkapkan Yeyen, seorang pemilik café yang juga menjual miras.
Yeyen mengatakan, dirinya selalu menjual miras dari distributor resmi yang sudah mengantongi izin.
"Saya tidak mau untung besar, tapi ada korban. Ujung-ujungnya saya dipenjara," ucapnya.
Namun sering kali Yeyen dirayu oleh para sales miras palsu untuk mengganti pemasok.
Para sales ini biasanya memberikan harga jauh lebih murah. Alasannya barang diambil langsung dari pabrik.
Untuk satu botol Alimi dijual hanya Rp 75.000. Padahal harga di agen resmi bisa mencapai Rp 125.000 per botol kemasan satu liter.
Pemasok miras palsu ini juga menawarkan kemudahan, barang akan di antar sampai ke café.
"Biasanya kalau di agen resmi, kita yang belanja ke sana. Mereka (sales miras palsu) mengiming-imingi mengantar barang sampai lokasi," tutur Yeyen.
Khusus untuk Kuntul Alimi, Yeyen mengaku tidak mau menjual.
Alasannya minuman ini sangat meragukan, dan banyak kasus keracunan karena minuman ini.
Yeyen memilih menjual jenis Vodka dan Iceland.
Waka Polres Tulungagung, Kompol I Dewa Gde Juliana mengatakan, polisi sudah meminta keterangan penjual miras yang menyebabkan Agus Setiawan meninggal dunia.
Polisi juga sudah mengantongi identitas penjual di atasnya, namun masih didalami.
Namun belum diketahui, apakah produk miras Kuntul tersebut asli atau palsu.
Polres Tulungaung telah mengirimkan sampel miras tersebut ke Pusabfor Mabes Polri cabang Surabaya. Pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium kandungan miras tersebut.
Untuk memastikan palsu atau asli, nantinya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang akan menentukan.
"Dari hasil uji lab akan diketahui kandungannya. BPOM yang akan menentukan, apakah kode produksi asli atau tidak," tandasnya.
Diterapi dengan Miras
Yang juga menarik, para pasien di RSUD dr Iskak Tulungagung diobati dengan minuman keras "asli"
Jadi, RSUD dr Iskak Tulungagung telah mengembangkan protokol penanganan keracunan metanol, atau sering disebut miras oplosan sejak delapan tahun silam.
Pasien dengan kondisi keracunan metanol akan diterapi menggunakan minuman keras "asli".
Dokter Bobi Prabowo Sp.EM adalah dokter yang selama ini banyak menangani pasien keracunan metanol.
Bobi menerangkan, saat metanol sudah merasuk ke tubuh manusia, maka ikatannya perlu dilepaskan.
Caranya adalah dengan memasukkan etanol, jenis alkohol yang aman bagi tubuh manusia.
"Etanol mempunyai ikatan 10 kali lebih kuat dibanding dengan metanol," terang Bobi.
Terapi yang dilakukan adalah memasukkan minuman keras bermerek, yang dipastikan mengandung etanol kadar tinggi.
Minuman keras tersebut dimasukkan lewat selang langsung ke lambung.
Saat etanol dimasukkan, maka zat ini akan melepaskan ikatan metanol yang berbahaya.
Selanjutnya etanol yang akan diikat oleh tubuh.
"Metanol yang sudah dilepas ikatannya akan mengambang. Sedangkan tubuh ganti mengikat etanol yang tidak berbahaya bagi tubuh," tutur Bobi.
Metanol yang mengambang ini kemudian dibuang melalui proses cuci darah.
Jika metanol berhasil dibuang, biasanya kondisi pasien pelan-pelan akan pulih kembali.
Bahkan kondisi mata yang mulai kehilangan penglihatan, bisa diterapi dan disembuhkan. (Surya/David Yohanes)
Berita ini sudah muncul tribunwow.com berjudul "Bukan Diberi Obat, Pasien Miras Oplosan di RS Ini Malah Diberi Miras Asli! Begini Alasannya!"miras palsunya," ucap Aan.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.